
“KARAKTER dan plot itu seperti al-fatihah—induknya al-Quran,” Puthut EA melontarkan renik ayatnya dalam satu tausyih malam Jumat dengan para peserta Kelas Menulis KBEA.
Diskusi berselang di sebuah kedai kopi Phoenam, bilangan Kaliurang km 5,6, di bawah penerangan temaram. Di sebuah tembok kedai, terpajang pigura kliping iklan media cetak tempo doeloe, di bagian lain ditempeli aksara Mandarin. Suasananya sepi. Sesekali terdengar derum kendaraan dari jalan raya, sekitar sepuluh meter dari ruang diskusi. Phoenam berasal dari kata Mandarin, ‘Pho Nam’, artinya ‘terminal selatan’, persinggahan sementara. Typografi logonya antarsatu huruf dijajar linear. Huruf ‘P’ bersapu warna hitam, lainnya hijau muda.
Puthut memulai dengan pertanyaan, “Siapa yang belajar menulis untuk bagian dari skill kehidupan atau sebagai pekerjaan?” Continue reading Fragmen — Tausyiah 3 Jam di Terminal