Tag: KBEA
Kelas Dua Malam KBEA
Selama ini, disadari atau tidak, kita mencoba melepaskan sebuah tema dengan persona. Padahal apa yang dinyatakan dan dipikir oleh seseorang tentang suatu hal, bisa jadi merupakan pergulatan panjang, pendalaman yang tidak mudah, pencarian yang penuh liku. Pendek kata, dari pemikiran seseorang tentang satu hal, ada pencarian yang tidak mungkin dilepaskan dari dirinya. Sehingga subjektivisme, personalitas, emosi, greget, tidak mungkin kita pisahkan dari sebuah tema.
Hanya saja selama ini kita selalu ingin fokus pada tema, pada pengetahuan dan informasi tertentu, dengan menyingkirkan ‘subjek’ dari tema. Subjek di sebuah forum hanya dianggap sebagai ‘si pemberi informasi’. Tidak lebih dari itu. Bukan ‘dia yang bergulat’. Kita sering menampik ‘objektivisme’ tapi pada kenyataannya, dalam proses transformasi pengetahuan, kita pereteli pengetahuan dari subjek penyampainya. Continue reading Kelas Dua Malam KBEA
Sesi Terakhir: Mengubah pendekatan
Kelas membincangkan sejumlah tugas menulis reportase; ditutup evaluasi.

HUSNA FARAH, peserta kelas menulis KBEA, membacakan narasi yang dia tulis tentang salah satu masalah sosial di tempat kelahirannya di Depok, Jawa Barat. Dia menulis dari sudut dunia kecil subyek, kisah keluarga miskin tapi memiliki 9 anak, sehingga pasangan itu kerepotan membesarkan salah satu anaknya. Kemudian si anak diserahkan kepada keluarga yang bersedia mengadopsinya yang merawatnya dengan baik—tiada membedakan antara anak kandung sendiri. Pasangan itu—dekat dengan kehidupan Farah–berjanji takkan memisahkan si anak dengan ibu kandungnya sendiri.
Konflik emosional muncul setelah si anak makin tahu latarbelakang keluarganya. Dalam jalinan pelik dunia orang dewasa, si anak mulai tidur di rumah orangtuanya, “sebuah wilayah perkumpulan pemulung di daerah Depok.” Dia akan bangun subuh hari, lalu pergi ke rumah orangtua angkat, pergi ke sebuah sekolah dasar, bermain hingga petang, dan malamnya kembali ke rumah ibunya. Continue reading Sesi Terakhir: Mengubah pendekatan
Laki-Laki yang Disalahpahami
Seandainya Nody memiliki ketrampilan berbicara, saya yakin dia akan seribu kali lipat membuat geger dunia. Tuhan menjaganya dengan memberi ‘pagar’ di lidahnya. Nody tidak cakap bicara.
Di komunitas KBEA, hanya Nody yang kalau tidak dibilang mirip Nicholas Saputra ya dibilang mirip Rivaldo. Orangnya pendiam, suka baca buku, dan makannya banyak. Idola para perempuan. Continue reading Laki-Laki yang Disalahpahami
Sesi #2 — Menyingkap Bara yang Terpendam
Menulis adalah aktivitas yang hampir mirip memasak. Selain keduanya membutuhkan kebiasaan, orang takkan peduli bagaimana cara Anda memasak, perjuangan Anda mendapatkan dan mengolah bumbu, hiruk-pikuk di dapur, dan sebagainya. Yang dinilai mula-mula dari hasil akhir masakan tersebut terutama tampilan serta rasanya. Seperti masakan, tulisan seseorang juga akan dinilai dari rasa (substansi tulisan) serta tampilan (struktur tulisan) yang tersaji.

SESI KEDUA kelas menulis, Rabu, 18 Februari, dimulai 30 menit lebih lambat dari jadwal. Sesi ini membahas sembilan karya peserta yang sebelumnya dikirimkan ke panitia. Sebelum mendiskusikan karya-karya itu, para peserta terlebih dulu menceritakan tentang konteks serta kendala-kendala yang mereka hadapi ketika menulisnya. Continue reading Sesi #2 — Menyingkap Bara yang Terpendam